Minggu, 08 Agustus 2010

TANDA TANYA PENDIDIKAN

????????????????PENDIDIKAN ????????????????


Pendidikan hemm m m…… kenapa aku beri tanda Tanya banyak karena pendidikan sekarang penuh dengan tanda Tanya yang sangat banyak,,

Mulai dari dari pengajar itu sendiri dan dari yang di didik itu sendiri pula okelah kita bahas yang pertama

1. PENDIDIK ATAU YANG DISEBUT GURU yang digugu dan ditiru sosok yang lekat dengan jiwa otak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun kita berada atau lembaga apapun kita punya seorang guru tapi apa pantaskah seorang guru memberi contoh yang tidak baik seperti merokok didepan siswanya, membiarkain siswa yang se enaknya,justru aku pernah mendengar dari seorang guru yang mengajar disebuah sekolah negeri katanya” kalo mereka dikerasi atau terlalu disiplin malah lari gak ada yang sekolah disini” tapi kenapa dengan SMA TARUNA dan SMA disumatra yang menerapkan system kedisiplinan malah memberi output yang membanggakan dan tidak pernah sepi dari peminat…….

Apakah dengan bersikap seperti itu justru akan dihargai sekolah akan dikenal dengan baik tidak kan? Yang kedua dari pendidik SDM yang banyak tidak ditempatkan pada bidang mereka yang sesuai dan output mereka sendiri yang sesuai, aku menghargai jika mereka memang benar benar berusaha untuk bisa dan belajar kembali dari nol sebelum terjun lebih dalam tapi aku menyayangkan jika itu hanya jadi korban pelarian saja. Mereka adalah aset bangsa moral sikap santun mereka masih polos dan dalam taraf inilah mereka diuji mampu atu tidak dalam pergaulan.

2. DARI SEGI SISWA mereka tak pernah menyadari ilmu yang akan mereka dapat itu sangat bermanfaat dan berguna mereka sekolah kebanyakan sekarang bukan agar mereka banyak pengetauan tapi hanya ikut ikutan,liat dari prestasi mereka liat dari data mereka suka bolos telat dan sebagainya tanpa alasan jelas,,,,bukti lagi aku pernah berbicara dengan beberapa siswa yang gak lulus UAN kemarin”kamu tu kok gak malu ikut ujian susulan trus kalo gak lulus lagi jadi paket c pa gak rugi da dibilang jangn FB an aja !’’ ….anak itu menjawab apa coba “ gak mas aku gak malu gak papa temen yang gak lulus juga banyak kok!” dijaman sekarang mereka menjawab seperti itu wawwwww

3. DARI SEGI ORANG TUA kebanyakan mereka juga memperbodoh anak mereka dengan hanya menyuruh sekolah sekolah belajar belajar tanpa mengontrol kegiatan tanpa membimbing dan memdamping alhasil mereka sama saja bandel……itupun saya rasakan dalam salh satu keluarga saya aku hanya bisa geleng gelang. Kedua mereka menyogok anak mereka yang tidak lulus kepada gurunya agar mereka lulus atau naik kelas apakah itu bukan pemaksaan pikiran kepada anak justru hasilnya????? Nol pembodohan

4. DARI SEGI PEMERINTAH mereka selalu membuat kebijakan ini itu ini itu yang selalu berubah tidak jelas maksud dan tujuannya baik dan buruknya


Aku meng hela nafas sejenak harus berbuat apa kita hanya diam hanya ber argument seperti saat ini atau bertindak dengan apa??? Bagaimana yang tak perlu kita tanyakan ayo mulai dari diri sendiri bentuk pribadi yang tangguh pribadi yang berguna. Indonisia itu satu Indonesia itu merdeka pemuda itu penggerak agent of change kalian penerus bangsa kalian penentu arah indonesia

kemana aku cari

Kemana Aku Harus mendapatkanya

Pendidikan mungkin bagi kita bila mendengarkan hal tersebut kadang menjemukan mengapa tidak?banyak fenomena yang terjadi dalam kaitan pendidikan dalam negeri kita saat ini dan itupun terlihat saat kita akan menghadapi ujian dan melihat hasil kita, lihatlah berbagai kebijakan yang selalu berubah dan membuat siswa dan guru merasa jengkel kadang dengan keputusan yang katanya adalah berisi orang pandai dan berkompeten. Mulai dari diterapkanya system nilai UAS pada 3 mata pelajaran yang harus mendapat nilai criteria tertentu yang telah disyaratkan, dan apabila tidak dapat melampui syarat tersebut maka gagalah siswa dalam memperoleh hasil akir studi yang mereka tunggu dan mereka telateni selama ini mulai dari TK,SD,SMP,SMA gagal hanya dengan kita tidak lulus salah satu dari 3 mata pelajaran tersebut dan hancurlah seluruh harapan kita selama bertahun tahun, dan pelarian terakir agar kita dapat melanjutkanya yaitu dengan menempuh pendidikan paket C, sekarang apa bedanya kita kalo kita sudah bertahun tahun mengalami proses dan gagal dapat penghrgaan berupa paket C dengan seorang yang benar2 tak pernah mengalami proses juga bisa mendapatkan penghargaan yang sama, sekarang buat apa kita harus menjalankan proses tersebut yang kita lakukan bertahun tahun yang hanya dihargai dengan tiga mata pelajaran tersebut dan apabila gagal kita juga pelarian terhadap Paket C dan tak ada pilihan lain, mengapa ? kita harus susah2 belajar ilmu yang lain jika ilmu2 itu tak pernah membantu kita untuk kita bisa lolos oleh system yang mereka buat yang katanya demi peningkatan kualitas pendidikan, sekarang lihatlah apa dengan system yang seperti ini dunia pendidikan yang ada lebih baik maju dan bermoral. Siapa yang akan memperjuangkan mereka benar2 menjadi manusia yang pandai dan berbudi luhur.

garam dan gula

Filosofi garam
Ketika air mata bermimpi untuk memberi inspirasi dan tawa berharap memecahkan masalah

Ada seorang pria yang dalam hidupnya selalu mengeluh setiap saat. “Aku tak tahan untuk hidup seperti ini, masalah datang bertubi-tubi, kesulitan dan kesialan datang dan pergi silih berganti!”. Setiap orang , teman dan sahabatnya yang mendengar keluhan pria tadi berusaha untuk menasehati, dan menghibur. “Kamu harus sabar…ini sudah takdir”. Yang lain berujar “ Ini hanya cobaan Gusti Pengeran…”. Ada juga yang iseng mengejek. “ Mungkin ini karma atau dosa yang pernah kamu lakukan, sehingga sekarang kamu menerima akibatnya”.
Lelah mencari jawaban atas semua penderitaannya, sehingga suatu hari ia bertemu dengan seorang bijak, pada sang bijak, pria tersebut menceritakan segala penderitaan yang dialaminya. Setelah mendengar semua keluhannya, Sang Bijak memerintahkan agar pria tersebut mencari dan membawa 2 genggam garam. Pria tadi melakukan dengan senang hati permintaan dari Sang Bijak, karena dijanjikan akan diberitahu rahasia penderitaannya.
Ketika pria tadi kembali dengan membawa 2 genggam garam seperti yang diperintahkan, maka Sang Bijak mengambil segelas air putih dan meminta pria tadi untuk memasukkan segenggam garam dalam air dan mengaduknya. Setelah itu Sang Bijak berkata, “Minum air garam ini!”. Wow…haruskah air seasin ini kuminum?, dengan sangat terpaksa pria tadi meminumnya, dan……Hueek…!!!! Asin..Asin……!!! Dan si pria memuntahkan air asin dari mulutnya.
Setelah itu Sang Bijak mengajak si pria menuju ke sebuah danau.” Sekarang garam yang segenggam lagi lagi kamu masukkan ke dalam air danau dan aduk!” Si pria melakukan tepat seperti yang diperintahkan. “Sekarang ambil air danau itu dan minum”. Si pria mengambil air danau dan meminumnya dengan lega.” Bagaimana rasanya air danau yang kamu minum???”, tanya sang bijak. “ Wah…segar sekali..!!!!!! jawab si pria sambil tersenyum.
Sang Bijak menuturkan : “Sebenarnya penderitaan yang kamu alami dan yang juga dialami oleh semua orang, tidak lebih dan tidak kurang, seperti segenggam garam. Semua orang pasti mengalami rasa sedih, sakit, kecewa dan penderitaan. Perbedaannya adalah, kemana penderitaan itu diletakkan, apakah diletakkan ke dalam hati yang kecil dan picik seperti segelas air, ataukah diletakkan ke dalam jiwa yang lapang dan hati yang besar seperti sebuah danau."
Ketika hati kita kerdil dan pikiran kita sempit, penderitaan akan terasa sangat pahit dan sangat menyiksa, sebaliknya, kalau penderitaan itu kita terima dengan kesadaran dan keikhlasan, maka penderitaan itu bukan merupakan beban bagi kita. Jadi mulai sekarang, jangan lagi mempermasalahkan semua penderitaan, karena penderitaan itu sudah pasti ada, untuk kebesaran jiwa..!
Kebahagiaan dan penderitaan datang silih berganti, dan apakah ia dapat kita hindari? .Jika kita umpamakan penderitaan tadi sebagai segenggam garam,, apa yang terpikirkan ?, Apakah ia perlu diselesaikan, ataukah ia kita pertontonkan untuk mencari simpati dan empati dari orang lain?. Banyak orang senang mempertontonkan penderitaannya, berharap orang lain akan mengasihani dan ikut prihatin. Tetapi hal tersebut bukanlah menyelesaikan persoalannya, malahan penderitaan akan semakin melekat dan tak terpisahkan. Bila kita ingin diselesaikan, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah : “Siapkan hati dan pikiran untuk menerima, menerima semua kekurangan, kesalahan, kejengkelan, kebencian dan semua yang tidak menyenangkan.” Menyadari, bahwa semua itu adalah tanggung jawab kita, bukan tanggung jawab orang lain, serta langkah terakhir, terimalah semua ketidaksenangan atau ketidaknyamanan itu di dalam hati yang lapang serta dalam kebesaran jiwa.
Yang paling utama diperlukan adalah kerendahan hati, kesabaran, dan ketulusan untuk memaafkan segala kekurangan. Kita kembangkan kesadaran, bahwa semua penderitaan adalah merupakan bagian dari jalan menuju kebahagiaan.