Rabu, 24 November 2010

memimpin dengan rendah hati

Pemimpin, kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah pelayan umatnya. Bukan sebaliknya, bagai “raja” yang selalu minta dilayani
Setelah diumumkan pengangkatannya menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz menyendiri di rumahnya. Tak ada orang yang menemui, beliau pun tak mau keluar menemui seorang.
Dalam kesendirian itu, beliau menghabiskan waktu dengan bertafakkur, berdzikir, dan berdoa. Pengangkatannya sebagai khalifah tidak disambutnya dengan pesta, tetapi justru dengan cucuran air mata.
Tiga hari kemudian beliau keluar. Para pengawal menyambutnya, hendak memberi hormat. Umar malah mencegahnya. “Kalian jangan memulai salam kepadaku, bahkan salam itu kewajiban saya kepada kalian.”
Itulah perintah pertama Khalifah kepada pengawal-pengawalnya.
Umar menuju ke sebuah ruangan. Para pembesar dan tokoh telah menunggunya. Hadirin terdiam dan serentak bangkit berdiri memberi hormat. Apa kata beliau?
“Wahai sekalian manusia, jika kalian berdiri, saya pun berdiri. Jika kalian duduk, saya pun duduk. Manusia itu sebenarnya hanya berhak berdiri di hadapan Rabbul-‘Alamin.”
Itulah yang dikatakan pertama kali kepada rakyatnya.
Buka Hati
Sikap pemimpin dalam Islam, sejatinya memang harus demikian. Sebagaimana kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pemimpin adalah pelayan umatnya.
Sabda Nabi itu sungguh istimewa, sebab seorang pemimpin biasanya seperti seorang raja. Dan sebagai khalifah, Umar bin Abdul Aziz mewarisi budaya yang demikian itu; hidup dalam gelimang kemewahan dan kekuasaan.
Ternyata Umar tidak serta merta meneruskan budaya yang sebenarnya menguntungkannya secara pribadi itu. Beliau tak mau dihormati berlebihan dan hidup dalam kemewahan. Ia memilih sikap rendah hati dan sederhana.
Sebagai pemimpin besar, bersikap rendah hati, sederhana, dan melayani tentu tidak mudah. Apalagi bila kesempatan bermewah-mewah itu memang terbuka di depan mata, siapa tak tergiur?
Di negeri kita ini, kedudukan dan jabatan malah jadi rebutan. Bahkan banyak yang mati-matian berkorban apa saja, dengan segala cara, untuk mendapatkannya. Setelah berhasil meraihnya, pertama kali yang dilakukan adalah pesta kemenangan. Kemudian segeralah digunakan aji mumpung. Sim salabim, jadilah OKB (Orang Kaya Baru). Gaya hidup dan pergaulannya berbeda dengan sebelumnya. Seolah menikmati kemewahan itulah memang impiannya.
Mari kita membuka hati ini. Dengan berbagai upaya dan gaya hidup mewah itu, apa sih sesungguhnya dicari? Dengan mobil mewah, rumah megah, pakaian serba mahal, apa sebenarnya yang dirindukan lubuk hati? Mungkin terdetak dorongan…hidup terhormat dan dimuliakan.
Tentu mencapai hidup seperti itu suatu yang normal saja. Malah aneh kalau ada orang bercita-cita hidup hina dan direndahkan. Tetapi benarkah kemuliaan dan kehormatan dapat dicapai dengan hidup berbungkus kemewahan? Coba sebutkan nama-nama orang yang menggetarkan hati karena kemuliaan dan kehormatannya. Cermati satu per satu. Benarkah hati Anda terkesan karena kemewahan mereka?
Mari kita bercermin kepada Umar. Kita tenangkan hati dan jernihkan pikiran sejenak. Andai beliau memilih cara hidup mewah dan bermain kekuasaan sebagaimana raja-raja yang lain, akankah memiliki nama harum seperti saat ini?
Mungkin saja kemewahan singgasana bisa menjadi topeng kemuliaan di muka rakyat. Tetapi berapa lama “kemuliaan” seperti itu bisa bertahan?
Lihatlah para pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan untuk kesombongan dan kemewahan. Bagaimana akhir kehidupan mereka? Masa tua tidak hidup damai, malah gundah gulana karena dijerat hukum. Terbukti bahwa kemuliaan yang dibungkus materi hanyalah semu dan tipuan belaka.
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyukai orang-orang sombong. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.” (Luqman: 18-19)
Misi Mulia
Ya, memang tidak mudah untuk selalu rendah hati dan memilih hidup melayani. Apalagi kalau terjebak pada dorongan biologis dan egoisme semata. Maunya justru dilayani.
Ketika sedang memegang kekuasaan, yang dipikirkan adalah apa yang dapat diambil dengan posisi ini, bukan kebaikan apa yang dapat diberikan pada orang lain. Melayani dirasakan sebagai suatu kehinaan, seolah yang harus melakukan adalah orang-orang rendahan. Padahal melayani inilah misi mulia yang sebenarnya diamanahkan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih; Rasulullah dan orang-orang yang mengikuti jejaknya.
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiyaa’: 107). Dengan berbagi rahmat, tersebarlah belas kasih dan kedamaian dalam kehidupan.
Dalam bekerja, seorang pemimpin akan senantiasa berpikir bagaimana karyawannya sejahtera. Karyawan pun berpikir bagaimana bisa memberikan layanan terbaik melalui pekerjaannya.
Sebagai pemimpin keluarga, seorang ayah yang mengasihi keluarganya akan mengantar pada suasana sakinah. Anak-anaknya pun termotivasi untuk meneladani dan berbakti kepada kedua orangtuanya.
Setiap orang yang melayani dengan ikhlas berarti telah berpartisipasi menebar rahmat ke seluruh alam. Itulah tugas terhormat seorang pemimpin. Dan setiap kita pada hakikatnya adalah pemimpin, begitu sabda Rasulullah.
Bila setiap orang berpikir minta dilayani, yang terjadi justru krisis. Pemimpin minta dilayani stafnya. Majikan memeras para karyawan. Petugas mempersulit rakyat. Orientasinya bukan rahmatan lil ‘alamin, tetapi keuntungan pribadi.
Kekayaan alam yang mestinya untuk kesejahteraan rakyat, malah dikuras untuk bermewah-mewah diri dan kroninya. Hutan digunduli sehingga banjir dan longsor di sana-sini. Rakyatlah yang jadi korban.
Melihat perilaku pemimpin yang seperti itu, rakyat pun ikut-ikutan mencari keuntungan sendiri. Sudah kaya dan berkecukupan, namun belum bersyukur dan malah berebut bantuan yang mestinya untuk fakir miskin. Sungguh cara hidup yang tidak akan berujung kepada kemuliaan, tetapi justru kehinaan. Dan inilah yang banyak disaksikan di sekeliling kita sekarang.
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Israa’: 16)
Agar mampu rahmatan lil ‘alamin, kita perlu mentransformasi diri. Pusat diri yang sebelumnya egoisme dan hawa nafsu, harus diganti dengan kebeningan nurani.
Sumber Inspirasi
Bayangkan kalau ada orang yang rendah hati, menghormati sesama, dan suka melayani. Tidakkah hati Anda menyukai dan terkesan dengan keikhlasannya?
Orang yang demikian itu akan membahagiakan hati sesama. Kalau dia seorang bapak, keluarganya akan menghormatinya dengan tulus. Kalau seorang ibu, anak-anaknya tentu akan senantiasa merindukan. Kalau seorang pemimpin, tentu akan menginspirasi hati sekalian rakyatnya.
Umar bin Abdul Aziz telah membuktikan keberkahan rendah hati. Meski hanya menjabat dua tahun, terjadi perubahan besar. Akhlak rakyatnya yang sebelumnya buruk seketika berubah menjadi baik.
Umat akan terinspirasi pemimpin yang rendah hati dan teramat jujur itu. Yang menjadi pembicaraan heboh saat itu di berbagai sudut kota, warung, sampai pinggiran ladang di desa adalah masalah iman dan amal shalih. Mungkin seheboh dunia ini ketika dihipnotis oleh perhelatan Piala Dunia yang belum lama berakhir.
Masyarakat giat bekerja dan sejahtera. Kemakmuran mencapai puncaknya. Rakyat berdaya ekonominya dan mereka berlomba menunaikan zakat. Fakir miskin terentaskan sehingga sangat sulit mencari orang yang menerima zakat. Memberi dan memberi, itu yang menjadi paradigma mereka. Bukan meminta dan meminta.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” ( Al-A’raaf: 96)
Alam dan binatang pun digambarkan turut berbahagia. Para gembala yang biasanya takut kambingnya terancam dimakan oleh serigala, saat itu kedua binatang ini seolah berteman saja. Pintu keberkahan dibuka Allah bila manusia telah menunaikan tugas sebagai khalifah.
Atas prestasi gemilang itu, tidak mengherankan jika beliau digolongkan sebagai Khulafa’ Ar-Rasyidin kelima setelah Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, dan Ali.*

Minggu, 14 November 2010

10 PESAN ANAK kpd ORANG TUA

10 PESAN ANAK kpd ORANG TUA
=====================
 
1. Tangan saya masih kecil. Tolong jangan mengharapkan kesempurnaan setiap kali saya merapikan tempat tidur, menggambar, atau melempar bola. Kaki saya masih pendek. Tolong perlambat agar saya bisa berjalan beriringan dengan Ayah / Bunda.

2. Mata saya belum melihat dunia seperti yang Ayah/ Bunda lihat. Tolong izinkan kami menjelajahinya secara aman. Jangan memberikan larangan yang tak perlu.

3. Selalu akan ada saja pekerjaan di dalam rumah tangga. Saya masih kecil untuk waktu yang begitu singkat. Tolong luangkan lebih banyak waktu untuk menjelaskan dunia yang ajaib ini, dan lakukan secara tulus ikhlas.

4. Perasaan saya masih halus. Tolong sensitif terhadap kebutuhan-kebutuhan kami. Jangan memarahi saya sepanjang hari. Ayah / Bunda pasti tak senang kalau dimarahi karena ingin tahu. Perlakukan saya seperti Ayah / Bunda ingin diperlakukan.

5. Saya adalah hadiah yang istimewa dari Tuhan. Tolong perlakukan saya sebagai harta berharga, berikan bimbingan untuk semua tindakan saya. Beri saya panduan tentang cara menjalani hidup dan mendisiplin saya dengan cara manis.

6. Saya memerlukan dorongan dan pujian Ayah/Bunda untuk tumbuh. Tolong jangan cepat mencela. Ingat, Ayah/Bunda dapat mengkritik hal-hal yang saya kerjakan tanpa mencela saya.

7. Tolong beri saya kebebasan untuk membuat keputusan-keputusan menyangkut diri saya sendiri. Izinkan saya untuk gagal sehingga saya dapat belajar dari kesalahan-kesalahan saya. Lalu suatu hari, saya akan siap untuk membuat keputusan-keputusan yang dituntut hidup dari saya.

8. Tolong jangan kerjakan segalanya untuk saya. Kadang, cara ini membuat saya merasa upaya saya tidak sesuai dengan harapan Ayah/Bunda. Saya tahu ini sulit, tapi tolong jangan membandingkan saya dengan saudara perempuan/ laki-laki saya.

9. Tolong jangan takut untuk pergi berakhir pekan bersama. Anak-anak perlu libur tanpa orangtua, sama seperti orangtua perlu libur tanpa anak-anak. Selain itu, berlibur hanya berdua adalah cara baik untuk menunjukkan kepada kami, anak-anak, bahwa perkawinan Ayah/Bunda sangat istimewa.

10. Tolong ajak kami beribadah secara teratur, beri contoh yang baik untuk saya teladani.




10 PESAN ORANG TUA untuk ANAK
=====================
1. Bukankah ayah menggendong kamu sedari kamu masih bayi? Tapi baiklah nak, asal kamu ingat memperlambat jalanmu ketika kami telah renta.

2. Andai kamu melihat apa yang kami lihat, kau akan berharap tetap berada di rahim bundamu. Tapi baiklah nak, asalkan kau dapat menjaga pandanganmu.

3. Bila waktu di dunia ini tak terbatas, tak ada tempat kami ingin habiskan kecuali bersamamu, nak. Tapi baiklah, asal kau tak bosan menjelaskan apa yang kami lupakan saat kami sudah pikun dan renta.

4. Justru kami memperlakukan kamu agar kamu tak perlu tahu bagaimana buruknya kami diperlakukan. Tapi baiklah nak, asal kamu tahu bagaimana memperlakukan kami saat kami tak mampu lagi memperlakukan kamu dengan baik.

5. Bukankah kami sudah berikan segalanya agar kamu menjadi sesuatu yang tak hanya berharga di mata kami, tapi di mata orang lain? Tapi sanggupkah kau berikan segalanya sekedar agar kami tak kesepian di hari tua?

6. Kami ingat memuji kamu selalu di waktu kecil hanya untuk hal-hal sederhana seperti mengucap huruf dari A sampai Z, berhitung dari satu sampai sepuluh. Namun pernahkah kamu memuji kami untuk hal-hal sederhana seperti mengantarkan kamu ke sekolah, menyiapkan makan malammu, atau menemani kamu tidur di waktu malam?

7. Kami tak akan mengganggumu mengambil keputusan nak, kami hanya orang tua yang memberimu saran agar tidak bernasib seperti kami di masa depan. Tapi baiklah nak, selama kau tak keluar dari akidah…

8. Baiklah nak, tetapi jika aku tak boleh melakukan segalanya untukmu, mengapa kau marah dan merajuk ketika tak mendapatkan apa yang kau inginkan ketika kami tak mampu memberikan?

9. Bagi kami kebahagian kami haruslah menjadi kebahagiaan kamu juga nak, tetapi baiklah kalau kau menganggap kebahagiaanmu harus menjadi milikmu sendiri.

10. Sudah mampukah kamu mengikuti shalat tahajud ayah, sementara kamu tertidur lelap? Adakah kamu di rumah saat ayah shalat dhuha? Kaulah yang katakan kepada ayah bagaimana harusnya kau mengikuti ayah dalam beribadah

Jika dari pada kamu ada yang tidak setuju atau memberi masukan silahkan beri saran atau comentnya ok

Jumat, 22 Oktober 2010

JANGAN SAMPAI KITA JATUH KARENA KESOMBONGAN

JANGAN SAMPAI KITA JATUH KARENA KESOMBONGAN


Ada sebuah kisah suatu hari Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru tertegun keheranan. Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja; ia mengangkuti air dengan ember dan menyikat lantai rumahnya keras-keras. Keringatnya bercucuran deras. Menyaksikan keganjilan ini orang itu bertanya, "Apa yang sedang Anda lakukan?" Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan serombongan tamu yang meminta nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang bermanfaat bagi mereka. Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah mereka pulang tiba-tiba saya merasa menjadi orang yang hebat. Kesombongan saya mulai bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini untuk membunuh perasaan sombong saya." Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih- benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor
MATERI. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain. Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh factor
KECERDASAN. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor
KEBAIKAN. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain. Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit erdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita. Akar dari kesombongan ini adalah ego yang berlebihan. Pada tataran yang lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk harga diri (self-esteem) dan kepercayaan diri (self-confidence). Akan tetapi, begitu kedua hal ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda sudah berada
sangat dekat dengan kesombongan. Batas antara bangga dan sombong tidaklah terlalu jelas. Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu EGO di satu kutub dan KESADARAN sejati di lain kutub. Pada saat terlahir ke dunia, kita dalam keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan tetapi, seiring dengan waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan, lebih dari sekadar yang kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita selalu mengatakan bahwa kita memerlukan lebih banyak lagi. Perjalanan hidup cenderung menggiring kita menuju kutub ego. Ilusi ego inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme ketamakan (ekstrem suka) dan kebencian (ekstrem tidak suka). Inilah akar dari segala permasalahan. Perjuangan melawan kesombongan merupakan perjuangan menuju KESADARAN sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan segala bentuknya, ada duaperubahan paradigma yang perlu kita lakukan. Pertama, kita perlu menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah MAKHLUK FISIK, tetapi MAKHLUK SPIRITUAL. Kesejatian kita adalah spiritualitas, sementara tubuh fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita lahir dengan tangan kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan tangan kosong. Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat semua makhluk dalam kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi terkelabui oleh penampilan, label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini kita lihat adalah "tampak dalam". Pandangan seperti ini akan membantu menjauhkan
kita dari berbagai kesombongan atau ilusi ego. Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun perbuatan baik yang kita lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga demi diri kita sendiri. Kita memberikan sesuatu kepada orang lain adalah juga demi kita sendiri. Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi. Energi yang kita berikan kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita lakukan pasti akan kembali kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta kasih, makna hidup, maupun kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap berbuat baik kepada pihak lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri. Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?

Be happy!

Selasa, 12 Oktober 2010

humor cink

HUMOR ANGGOTA DPR DAN LAPTOP
Anggota DPR: "Mba, laptopnya salah."
Customer Service: "Salah gimana pak?"
Anggota DPR: "Laptopnya nggak mau hidup."
CS: "Sudah tekan tombol power pak?"
Anggota DPR: "Tombol powernya sebelah mana mba?"
****
Anggota DPR: "Mba, saya mau konek ke internet nggak bisa, kenapa ya?"
Customer service: "Nggak bisanya kenapa?"
Anggota DPR: "Saya ketik www.playboy.com, gambarnya nggak keluar."
Customer service: "Pesan errornya apa pak?"
Anggota DPR: "Nggak ada pesan error, pokoknya saya ketik playboy.com di addressnya, nggak muncul gambar sama sekali."
Customer service: "Bapak koneksi internetnya pakai apa, dial up, hotspot?"
Anggota DPR: "Pakai gambar yang ada tulisan e (maksudnya internet explorer)."
Customer service: "Maksudku, bapak langganan internetnya pakai ISP apa, lalu cara koneksi internetnya pakai dial-up atau hotspot, mungkin settingnya ada yang salah."
Anggota DPR: "ISP itu apa sih mba?"
Customer service: "Wah ini sih 50 x 2 pak.."
Anggota DPR: "Apa tuh mba?"
Customer service: "CAPE' DEH!!"
******
Anggota DPR: "Mba' saya ingin daftar account di yahoo.com kok nggak bisa ya?"
Customer service: "Nggak bisa kenapa pak?"
Anggota DPR: "Ada tulisan, paswort is nat long inof, suld bi mor ten 8 karakter"
Customer service: "Itu maksudnya, password bapak minimal 8 huruf."
Anggota DPR: "Oooo...oke deh.., saya coba dulu."
Anggota DPR: "Mba password minimal delapan huruf itu delapannya pakai angka 8 atau ejaan delapan?"
Customer service: "Maksudnya?"
Anggota DPR: "Saya suda tulis di kolom password minimal 8 huruf, tapi bingung mau tulis delapannya, pakai angka delapan atau ejaan huruf 'delapan'."
Customer service: "Ketik ini aja pak..C Spasi D."
Anggota DPR: "Apa tuh?"
Customer service: "CAPE' DEH !!!"
****
Anggota DPR: "Mba' kalau muter film di laptop, gimana caranya ya?
CS: "Ada dvd playernya kan pak?"
Anggota DPR: "Sebelah mana tuh mba?"
CS: "Disamping kanan, pak. kalau di tekan tombolnya
nanti, piringan discnya keluar."
Anggota DPR: "Ooooo.... yang keluar itu, piringan disc ya? Udah patah tuh kemarin."
CS: "Kok bisa patah?"
Anggota DPR: "Saya kira tempat buat naruh gelas minuman."
******
Anggota DPR: "Komputer saya rasanya kena virus"
CS: "Virus apa tuh pak?"
Anggota DPR: "Kurang tahu juga, setiap mau cetak ke printer, selalu ada tulisan kennot fain printer."
CS: "Itu mungkin salah setting pak."
Anggota DPR: "Settingnya udah bener kok, kemarin aja bisa nyetak, tapi sekarang nggak bisa. Saya sudah tunjukkin printernya di depan laptop, tetap aja dia terus-terusan "searchng printer not found." Kayanya webcamnya rusak, nggak bisa lihat printer."
CS: "Mendadak laper nih Pak, ingin makan tape.."
Anggota DPR: "Lho..kok begitu?"
CS: "TAPE DEH !!!!"
********
Anggota DPR: "Mba, kalau mau baca blognya si artist anu dimana ya?"
CS: "Bapak cari aja di google."
Anggota DPR: "Tapi si artist anu nggak kerja di google kok mba, saya tahu persis."
Capeeek deeehhh..... ......... .... !!!!

Rabu, 15 September 2010

HEWAN INDIKATOR LINGKUNGAN BERSIH BURUNG GEREJA ?

HEWAN INDIKATOR LINGKUNGAN BERSIH
BURUNG GEREJA ?


Pernah apa enggak kita mengamati burung gereja yang selalu kita jumpai dirumah rumah perkantoran atau ruko ruko kota begitu, pernah gak kita lihat kapan mereka itu keluar sarang dan beraktifitas,ternyata burung gereja itu ber aktifitas pada pagi hari sekitar pukul 06.00 dan sore hari pada pukul 17.30 saja. Kenapa Ya?
Menurut obsevasi awal kelompok binatang fauna alam nusantara sidoarjo, dikawasan kedungrejo. Burung gereja dapat ditemui pada pagi dan sore hari, diluar waktu itu mereka jarang ditemui bahkan bahkan tidak ada, why? Perkiraan awal FAN, ketiadaan burung gereja itu karena kondisi udara yang sangat kotor tercemar oleh berbagai polutan baik dari asap pabrik atau kendaraan bermotor.
Jadi karena hal ini dimungkinkan ada hubunganya antara kondisi udara dengan keberadaan burung gereja, bisa juga ya……. Namanya juga penelitian dan penelitian ini masoih membutuhkan observasi lanjutan baik dari FAN atau pemerduli lingkungan yang lain.

Minggu, 08 Agustus 2010

TANDA TANYA PENDIDIKAN

????????????????PENDIDIKAN ????????????????


Pendidikan hemm m m…… kenapa aku beri tanda Tanya banyak karena pendidikan sekarang penuh dengan tanda Tanya yang sangat banyak,,

Mulai dari dari pengajar itu sendiri dan dari yang di didik itu sendiri pula okelah kita bahas yang pertama

1. PENDIDIK ATAU YANG DISEBUT GURU yang digugu dan ditiru sosok yang lekat dengan jiwa otak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun kita berada atau lembaga apapun kita punya seorang guru tapi apa pantaskah seorang guru memberi contoh yang tidak baik seperti merokok didepan siswanya, membiarkain siswa yang se enaknya,justru aku pernah mendengar dari seorang guru yang mengajar disebuah sekolah negeri katanya” kalo mereka dikerasi atau terlalu disiplin malah lari gak ada yang sekolah disini” tapi kenapa dengan SMA TARUNA dan SMA disumatra yang menerapkan system kedisiplinan malah memberi output yang membanggakan dan tidak pernah sepi dari peminat…….

Apakah dengan bersikap seperti itu justru akan dihargai sekolah akan dikenal dengan baik tidak kan? Yang kedua dari pendidik SDM yang banyak tidak ditempatkan pada bidang mereka yang sesuai dan output mereka sendiri yang sesuai, aku menghargai jika mereka memang benar benar berusaha untuk bisa dan belajar kembali dari nol sebelum terjun lebih dalam tapi aku menyayangkan jika itu hanya jadi korban pelarian saja. Mereka adalah aset bangsa moral sikap santun mereka masih polos dan dalam taraf inilah mereka diuji mampu atu tidak dalam pergaulan.

2. DARI SEGI SISWA mereka tak pernah menyadari ilmu yang akan mereka dapat itu sangat bermanfaat dan berguna mereka sekolah kebanyakan sekarang bukan agar mereka banyak pengetauan tapi hanya ikut ikutan,liat dari prestasi mereka liat dari data mereka suka bolos telat dan sebagainya tanpa alasan jelas,,,,bukti lagi aku pernah berbicara dengan beberapa siswa yang gak lulus UAN kemarin”kamu tu kok gak malu ikut ujian susulan trus kalo gak lulus lagi jadi paket c pa gak rugi da dibilang jangn FB an aja !’’ ….anak itu menjawab apa coba “ gak mas aku gak malu gak papa temen yang gak lulus juga banyak kok!” dijaman sekarang mereka menjawab seperti itu wawwwww

3. DARI SEGI ORANG TUA kebanyakan mereka juga memperbodoh anak mereka dengan hanya menyuruh sekolah sekolah belajar belajar tanpa mengontrol kegiatan tanpa membimbing dan memdamping alhasil mereka sama saja bandel……itupun saya rasakan dalam salh satu keluarga saya aku hanya bisa geleng gelang. Kedua mereka menyogok anak mereka yang tidak lulus kepada gurunya agar mereka lulus atau naik kelas apakah itu bukan pemaksaan pikiran kepada anak justru hasilnya????? Nol pembodohan

4. DARI SEGI PEMERINTAH mereka selalu membuat kebijakan ini itu ini itu yang selalu berubah tidak jelas maksud dan tujuannya baik dan buruknya


Aku meng hela nafas sejenak harus berbuat apa kita hanya diam hanya ber argument seperti saat ini atau bertindak dengan apa??? Bagaimana yang tak perlu kita tanyakan ayo mulai dari diri sendiri bentuk pribadi yang tangguh pribadi yang berguna. Indonisia itu satu Indonesia itu merdeka pemuda itu penggerak agent of change kalian penerus bangsa kalian penentu arah indonesia

kemana aku cari

Kemana Aku Harus mendapatkanya

Pendidikan mungkin bagi kita bila mendengarkan hal tersebut kadang menjemukan mengapa tidak?banyak fenomena yang terjadi dalam kaitan pendidikan dalam negeri kita saat ini dan itupun terlihat saat kita akan menghadapi ujian dan melihat hasil kita, lihatlah berbagai kebijakan yang selalu berubah dan membuat siswa dan guru merasa jengkel kadang dengan keputusan yang katanya adalah berisi orang pandai dan berkompeten. Mulai dari diterapkanya system nilai UAS pada 3 mata pelajaran yang harus mendapat nilai criteria tertentu yang telah disyaratkan, dan apabila tidak dapat melampui syarat tersebut maka gagalah siswa dalam memperoleh hasil akir studi yang mereka tunggu dan mereka telateni selama ini mulai dari TK,SD,SMP,SMA gagal hanya dengan kita tidak lulus salah satu dari 3 mata pelajaran tersebut dan hancurlah seluruh harapan kita selama bertahun tahun, dan pelarian terakir agar kita dapat melanjutkanya yaitu dengan menempuh pendidikan paket C, sekarang apa bedanya kita kalo kita sudah bertahun tahun mengalami proses dan gagal dapat penghrgaan berupa paket C dengan seorang yang benar2 tak pernah mengalami proses juga bisa mendapatkan penghargaan yang sama, sekarang buat apa kita harus menjalankan proses tersebut yang kita lakukan bertahun tahun yang hanya dihargai dengan tiga mata pelajaran tersebut dan apabila gagal kita juga pelarian terhadap Paket C dan tak ada pilihan lain, mengapa ? kita harus susah2 belajar ilmu yang lain jika ilmu2 itu tak pernah membantu kita untuk kita bisa lolos oleh system yang mereka buat yang katanya demi peningkatan kualitas pendidikan, sekarang lihatlah apa dengan system yang seperti ini dunia pendidikan yang ada lebih baik maju dan bermoral. Siapa yang akan memperjuangkan mereka benar2 menjadi manusia yang pandai dan berbudi luhur.

garam dan gula

Filosofi garam
Ketika air mata bermimpi untuk memberi inspirasi dan tawa berharap memecahkan masalah

Ada seorang pria yang dalam hidupnya selalu mengeluh setiap saat. “Aku tak tahan untuk hidup seperti ini, masalah datang bertubi-tubi, kesulitan dan kesialan datang dan pergi silih berganti!”. Setiap orang , teman dan sahabatnya yang mendengar keluhan pria tadi berusaha untuk menasehati, dan menghibur. “Kamu harus sabar…ini sudah takdir”. Yang lain berujar “ Ini hanya cobaan Gusti Pengeran…”. Ada juga yang iseng mengejek. “ Mungkin ini karma atau dosa yang pernah kamu lakukan, sehingga sekarang kamu menerima akibatnya”.
Lelah mencari jawaban atas semua penderitaannya, sehingga suatu hari ia bertemu dengan seorang bijak, pada sang bijak, pria tersebut menceritakan segala penderitaan yang dialaminya. Setelah mendengar semua keluhannya, Sang Bijak memerintahkan agar pria tersebut mencari dan membawa 2 genggam garam. Pria tadi melakukan dengan senang hati permintaan dari Sang Bijak, karena dijanjikan akan diberitahu rahasia penderitaannya.
Ketika pria tadi kembali dengan membawa 2 genggam garam seperti yang diperintahkan, maka Sang Bijak mengambil segelas air putih dan meminta pria tadi untuk memasukkan segenggam garam dalam air dan mengaduknya. Setelah itu Sang Bijak berkata, “Minum air garam ini!”. Wow…haruskah air seasin ini kuminum?, dengan sangat terpaksa pria tadi meminumnya, dan……Hueek…!!!! Asin..Asin……!!! Dan si pria memuntahkan air asin dari mulutnya.
Setelah itu Sang Bijak mengajak si pria menuju ke sebuah danau.” Sekarang garam yang segenggam lagi lagi kamu masukkan ke dalam air danau dan aduk!” Si pria melakukan tepat seperti yang diperintahkan. “Sekarang ambil air danau itu dan minum”. Si pria mengambil air danau dan meminumnya dengan lega.” Bagaimana rasanya air danau yang kamu minum???”, tanya sang bijak. “ Wah…segar sekali..!!!!!! jawab si pria sambil tersenyum.
Sang Bijak menuturkan : “Sebenarnya penderitaan yang kamu alami dan yang juga dialami oleh semua orang, tidak lebih dan tidak kurang, seperti segenggam garam. Semua orang pasti mengalami rasa sedih, sakit, kecewa dan penderitaan. Perbedaannya adalah, kemana penderitaan itu diletakkan, apakah diletakkan ke dalam hati yang kecil dan picik seperti segelas air, ataukah diletakkan ke dalam jiwa yang lapang dan hati yang besar seperti sebuah danau."
Ketika hati kita kerdil dan pikiran kita sempit, penderitaan akan terasa sangat pahit dan sangat menyiksa, sebaliknya, kalau penderitaan itu kita terima dengan kesadaran dan keikhlasan, maka penderitaan itu bukan merupakan beban bagi kita. Jadi mulai sekarang, jangan lagi mempermasalahkan semua penderitaan, karena penderitaan itu sudah pasti ada, untuk kebesaran jiwa..!
Kebahagiaan dan penderitaan datang silih berganti, dan apakah ia dapat kita hindari? .Jika kita umpamakan penderitaan tadi sebagai segenggam garam,, apa yang terpikirkan ?, Apakah ia perlu diselesaikan, ataukah ia kita pertontonkan untuk mencari simpati dan empati dari orang lain?. Banyak orang senang mempertontonkan penderitaannya, berharap orang lain akan mengasihani dan ikut prihatin. Tetapi hal tersebut bukanlah menyelesaikan persoalannya, malahan penderitaan akan semakin melekat dan tak terpisahkan. Bila kita ingin diselesaikan, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah : “Siapkan hati dan pikiran untuk menerima, menerima semua kekurangan, kesalahan, kejengkelan, kebencian dan semua yang tidak menyenangkan.” Menyadari, bahwa semua itu adalah tanggung jawab kita, bukan tanggung jawab orang lain, serta langkah terakhir, terimalah semua ketidaksenangan atau ketidaknyamanan itu di dalam hati yang lapang serta dalam kebesaran jiwa.
Yang paling utama diperlukan adalah kerendahan hati, kesabaran, dan ketulusan untuk memaafkan segala kekurangan. Kita kembangkan kesadaran, bahwa semua penderitaan adalah merupakan bagian dari jalan menuju kebahagiaan.